Lezatnya Kuliner Inovatif Desa Adat Penglipuran Bali
LEZATNYA KULINER INOVATIF DESA ADAT PANGLIPURAN BALI
Oleh :
Zulfikar Alvin Naufal (31)
AnindithaVirdhaVilandha(03)
Gresik,15-21 Juli 2016
Hari bersejarah, Rabu, 13 April 2016, rombongan kelas XI mulai dari XI MIA I hingga
XI IBBU SMA Negeri 1 Manyar, Gresik melakukan perjalananwidya wisata bertemakan
Amazing Bali 2016 dengan tujuan yang tentu saja ke Pulau Dewata Bali. Pulau pemenang
penghargaan Traveller’s Choice 2016 versi Trip Advisor ini memang patut dibanggakan
oleh bangsa Indonesia. Pulau ini juga merupakan salah satu “penghasil devisa”
terbesar Indonesia. Bagaimana tidak?
Bali memiliki banyak sekali tempat wisata yang sangat disarankan untuk dikunjungi.
Bahkan, bukan hanya turis domestik yang mengunjungi pulau ini lho, turis-turis mancanegara
pun sangat terobsesi untuk berlibur ke Pulau Dewata yang mengesankan ini.
Singkat cerita, rombongan kami memulai perjalanan pada pukul
07.00 dari Gresik menuju ke Jember lalu dilanjutkan perjalanan menuju Pulau
Bali. Sesuai dengan topik yang akan dibahas, hal ini terjadi pada saat hari kedua
wisata dan berlokasi di destinasi kedua kami yaitu Desa Adat Penglipuran.
Deskripsi Desa Adat Penglipuran secara singkat
Desa adat Penglipuran berada di bawah administrasi Kelurahan
Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km
dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi di sekitar kaki
Gunung Batur. Berdasarkan data tahun 2001 yang dihimpun pemerintah, Desa Adat Penglipuran
memiliki luas wilayah sekitar 1,12 Ha. Untuk menuju desa ini dapat dicapai melalui
sisi timur Desa Bangli, yakni Jalan Raya Bangli – Kintamani, maupun dari sisi utara
desa, yakni Jalan Kintamani Kayuambua – Bangli.
Desa Penglipuran resmi dinobatkan oleh Pemerintah Daerah Bali sebagai desa adat tradisional yang
menjadi tujuan pariwisata sejak tahun 1992. Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali
yang memiliki tatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan tatanan
tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri fisik dan struktur
desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Adat Panglipuran
dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun temurun.
Yang menjadi daya tarik & latar belakang kami
dalam pembuatan artikel ini adalah berbagai macam kuliner yang ada di Desa Adat
Penglipuran. Nah, untuk anda yang belum pernah dan ingin pergi ke Bali bisa menjadikan
ini sebagai referensi tentang Desa Adat Penglipuran terutama tentang pengolahan
sumber daya pangan yang dimanfaatkan secara maksimal, diolah secara kreatif dan
inovatif oleh masyarakat Desa Penglipuran.
Kuliner atau tata boga adalah seni, atau ilmu akan makanan
yang baik (good eating). Penjelasan yang lebih singkat menyebutkan kuliner sebagai
segala sesutu yang berhubungan dengan kenikmatan dari makanan dan minuman . Sumber
lain menyebutkan kuliner sebagai studi mengenai hubungan antara budaya dan makanan,
di mana kuliner mempelajari berbagai komponen budaya dengan makanan sebagai pusatnya
(senikuliner). Hubungan budaya dan kuliner terbentuk karena kuliner adalah produk
budidaya pada kegiatan pertanian sehingga pengejawantahan warna, aroma, dan
rasa dari suatu makanan dapat ditelusuri asal-usulnya dari lingkungan tempat bahan
bakunya dihasilkan.
Desa Penglipuran sebagai desa wisata kuliner
Kuliner yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Penglipuran
merupakan kuliner yang memanfaatkan bahan pangan yang jarang dimanfaatkan
secara luas oleh masyarakat lainnya sehingga mereka memiliki ide kreatif dan
inovatif untuk memanfaatkan bahan tersebut secara luas. Contohnya adalah Loloh Cemcem,
Donat Ketela, Tipat Cantok
1. Loloh cemcem
Loloh cemcem dapat dikatakan sebagai jamu. Pada umumnya
jamu terasa pahit jika dikonsumsi tetapi tidak untuk loloh cemcem karena loloh
cemcem memiliki enam rasa yang unik dan tentunya sangat pas di lidah. Loloh
yang bahan utamanya daun cemcem atau daun kloncing ini, tidak hanya untuk
menghilangkan dahaga, tetapi juga memiliki khasiat yang baik untuk pencernaan dan
menurunkan tekanan darah.
Kebiasaan masyarakat Bangli mengkonsumsi loloh cemcem tak
lepas dari banyaknya keberadaan tanaman herbal ini. Tanpa menanam, kita
bisa mengambilnya di kebun karena tanaman ini biasa tumbuh liar. Hanya memetik daun yang sudah tua namun tak terlalu banyak, dan besoknya bisa tumbuh lagi.
Hal ini turut membantu perekonomian ibu-ibu disekitar rumah karena permintaan loloh cemcem sudah banyak
sehingga membutuhkan daun cemcem dalam jumlah banyak. Terlebih, loloh ini sudah
dijual hingga Gianyar dan juga Denpasar sehingga sudah banyak masyarakat di
luar Bangli menjadikan loloh cemcem ini sebagai minuman favorit. Rasanya yang
manis, asam dan pedas membuat tenggorokan segar apalagi jika diminum dalam
keadaan dingin.
Cara pembuatannya pun sangat mudah, daun cemcem tua
dicuci bersih kemudian diremas atau dihaluskan dan ditambahkan air hangat
sesuai kebutuhan. Jika ingin rasa asli cukup ditambahkan garam tapi jika ingin
membuat rujak bisa ditambahkan cabai. Meskipun rasa asamnya kuat, tapi jika
meminum loloh ini penderita maag tak perlu takut yang penting sudah makan.
Loloh daun cemcem ini dapat membantu menurunkan tensi, menghilangkan panas
dalam, dan melancarkan pencernaan. Dengan Rp. 5.000,00 anda bisa membawa
pulang sebotol Loloh Cemcem. Harga yang
pas di kantong membuat anda ketagihan meminum minuman khas Desa Penglipuran
ini. Oh iya, minuman Loloh Cemcem ini tidak mengandung bahan pengawet,pewarrna
maupun pemanis buatan lho, mereka menggunakan bahan-bahan alami untuk
mengawetkan Loloh Cemcem dan warnanya pun asli hasil dari daun cemcem yang
dihasilkan.
Berikut video wawancara kami dengan penjual minuman loloh cemcem.
2. Donat Ketela
Donat Ketela?
Makanan apakah itu?
Mungkin pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang
terlintas di benak anda. Donat umumnya terbuat dari kentang namun dengan banyaknya
ketela/singkong yang tumbuh di kebun membuat masyarakat Desa Penglipuran berpikir secara kreatif bagaimana memanfaatkan bahan makanan pokok agar dapat bernilai ekonomis tinggi
dan menarik wisatawan. Kendati demikian, masih banyak masyarakat di Indonesia
yang enggan untuk beralih ke makanan alternatif selain nasi/kentang sehingga dengan
dijadikannya ketela untuk bahan dasar donat agar masyarakat beralih ke makanan
pokok alternatif lainnya.
Tekstur dari donat ini sejauh yang kami rasakan tidak jauh
beda dari donat-donat yang dibuat oleh toko donat yang sudah terkenal seperti
Dunkin Donut,J.CO, dan yang lainnya. Ini membuktikan bahwa mereka juga bisa
bersaing dengan produk-produk modern dari mancanegara. Harganya pun terbilang
murah dan menguntungkan. Dengan Rp. 5.000,00 ,anda bisa membawa pulang sekotak
yang berisi tiga butir donat. Ukurannya pun pas di mulut sehingga tidak
khawatir tercecer di lantai.
Berikut video wawancara kami dengan penjual donat ketela.
3.
Tipat Cantok
Namanya yang unik saja membuat
wisatawan tertarik
untuk mencoba
mencicipinya. Tak
disangka
, ketika kami mendatangi warung
makan tipat
cantok ini
sangat ramai
sehingga
kami menunggu hingga agak
sepi.
Tipat
Cantok adalah sejenis gado-gado yang ditaburi kacang
mentik khas Bali. Bedanya adalah, jika gado-gado bumbunya hanya bumbu
kacang saja disertai kerupuk udang namun bumbu Tipat Cantok cenderung menyerupai
Ketoprak khas Jakarta. Soal rasa, lidah anda akan dijamin puas oleh makanan Desa
Penglipuran ini. Rasa pedas gurihnya yang khas dipadu dengan bumbu kacang dan kecap akan
menggoyang lidah anda.
Cara membuat
Tipat Cantok
ini sangatlah
mudah.
Ulek kacang tanah. Gula
merah,
kencur, bawang putih, cabai, garam dan
petis pada
cobekan sampai
halus.
Tambahkan air secukupnya dan tambahkan sedikit perasan jeruk limau. Potong –
potong ketupat dan tahu kedalam cobek yang berisi bumbu halus. Tambahkan sayuran
kedalam cobek kemudian aduk hingga merata. Sajikan tipat diatas piring kemudian
tambahkan sedikit kecap manis diatasnya dan kerupuk.
Singkat cerita setelah kami makan , kami mewawancarai ibu
pemilik warung tersebut. Ternyata, sayuran yang dipakai untuk bahan pembuatan Tipat
Cantok diperoleh dari tanaman yang ditanam petani di kebun/sawah masyarakat
Desa Penglipuran. Pekerjaan utama ibu ini adalah menjual sayuran di pasar kota.
Tak heran, jika sayuran yang digunakan untuk
Tipat Cantok
mudah didapat
dan terjamin
kesegarannya. Harga
Rp.
5.000,00 untuk tiap seporsi
kuliner
di Desa Penglipuran menjadi
primadona,
tak terkecuali untuk
Tipat Cantok. Tak heran jika banyak pengunjung yang mencicipi Tipat
Cantok ini karena tak hanya murah, tapi sangat mengenyangkan, penuh gizi, dan lezat
rasanya.
Berikut video wawancara kami dengan ibu pemilik warung Tipat Cantok
Kuliner di Desa Adat Penglipuran ini sangat kreatif dan inovatif
karena mereka masih melestarikan lingkungan serta kearifan lokal dari berabad-abad
tahun yang lalu hingga sekarang. Masih terhitung sedikit desa di Indonesia yang
menggunakan berbagai macam sumber daya alamnya yang kurang beragam cara pengolahannya
dibanding dengan desa adat Penglipuran. Harga yang terjangkau juga membuat wisatawan
tertarik untuk datang lagi dan lagi. Pengolahan sumber daya alam yang sangat inovatif
juga turut membantu perekonomian desa Penglipuran terus maju dan berkembang.
Hal ini juga berdampak pada pemasukan kas desa dan akhirnya bisa menambah devisa
negara.
Ayo sobat, tunggu apalagi? Segeralah menuju ke Bali untuk
mengunjungi desa adat Penglipuran untuk berwisata kuliner yang beragam mulai dari
jajanan hingga hidangan utama. Kuliner yang kami sebutkan diatas hanya sebagian
kecil dari seluruh kuliner yang ada di desa tersebut. Nah, itu tadi bentuk
tulisan dari pemikiran kami tentang Kuliner Inovatif Desa Penglipuran. Apabila
ada informasi yang kurang tersampaikan ataupun tulisan yang tidak berkenan kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Daftar
Pustaka
1.
Gillesoie C, Cousins JA. 2001.
European Gastronomy into the 21st century. Oxford:Butterworth-Heinenmann .
2.
Master Plan
PenunjangInvestasiProvinsi Bali Tahun 2006-2010 {www.baliprov.go.id}
terima kasih informasinya, menjadi tambahan referensi bagi tulisan blog informasi wisata bali
BalasHapussama-sama @dian mardiana. Terimakasih juga telah mengunjungi blog saya.
Hapus