Menakar Keautentikan Al-Qur'an
![]() |
Steemit.com |
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman bagi kaum muslim dalam menghadapi problematika kehidupan karena sudah pasti cara yang akan diterapkan sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah. Al-Qur’an diturunkan sebagaian-sebagaian kepada Rasulullah saw sebagai bentuk mukjizat.
Kenapa Allah memberi mukjizat berupa Al-Qur’an pada
nabi Muhammad? Kenapa bukan tongkat, unta, ataupun kemampuan berbicara pada
hewan?
Mukjizat diberi oleh Allah untuk para nabi dan rasul.
Bentuk mukjizat disesuaikan dengan hal-hal yang dikuasai oleh masyarakat
setempat yang akan didakwahi. Misal, pada zaman nabi Musa, banyak ahli sihir
yang dipuja oleh masyarakat. Jadi mukjizat nabi Musa adalah tongkat kayu yang
bisa berubah menjadi ular yang bisa mengalahkan ular-ular tukang sihir lainnya.
Sedangkan pada zaman nabi Isa, orang yang memiliki ilmu medis dihormati di
kalangan masyarakat. Mukjizat nabi Isa yaitu dapat menyembuhkan penyakit kusta,
mengobati kebutaan, dan membangkitkan orang yang sudah lama meninggal.
Sedangkan pada zaman Rasulullah, orang yang ahli bersyair dihormati dan diakui
oleh masyarakat kaum Quraisy. Mukjizat nabi Muhammad berupa Al-Qur’an, yang mana
memiliki sastra bahasa arab tingkat tinggi.
Jika memang Allah memberikan mukijizat berupa
Al-Qur’an kepada nabi Muhammad sebagai pedoman dalam mengatasi berbagai
problematika kehidupan, maka sudah merupakan suatu kewajiban untuk kaum muslim
untuk mempercayainya. Tetapi masih ada beberapa orang yang masih meragukan
keautentikan kitab suci ini.
Mereka mengeluarkan dua pendapat yang meragukan keautentikan
Al-Qur’an :
1.
Al-Qur’an karangan
orang arab
2.
Al-Qur’an karangan
Muhammad
“Al-Quran sudah pasti karangan orang Arab, kan berbahasa arab?”
Pendapat semacam ini dibantah oleh Allah dalam surat Hud
ayat 13 :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا
بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad
telah membuat-buat Al-Qur’an itu”, Katakanlah (kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat menyamainya, dan panggillah orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar. (TQS. Hud [11]: 13)
Allah menantang para ahli syair yaitu dengan membuat
surat sebanyak sepuluh. Tetapi tidak ada yang bisa. Karena tidak ada yang bisa
menjawab tantangan dari Allah, akhirnya Allah menurunkan tingkat kesulitannya menjadi
satu surat. Tapi tetap tidak ada yang bisa membuat surat yang bisa menandingi
Al-Qur’an hingga detik ini. Akhirnya gugurlah pendapat pertama, yaitu Al-Qur’an
karangan orang Arab.
Lalu lanjut pendapat kedua :
“Kalau begitu, Al-Qur’an karangan Muhammad.”
Pendapat ini juga salah karena nabi Muhammad berasal
dari bangsa Arab. Sedangkan orang Arab tidak bisa menciptakan syair atau surat
yang menandingi Al-Qur’an. Sehingga otomatis pendapat ini gugur.
Selain itu, nabi Muhammad tidak bisa baca tulis sehingga
sudah dapat dipastikan nabi Muhammad tidak akan pernah bisa membuat surat-surat
Al-Qur’an. Nabi Muhammad juga pernah membawakan hadits dan wahyu yang turun
dari Allah (ayat Al-Qur’an) secara bersamaan. Dari situlah dapa diketahui gaya
bahasa arab hadits dan ayat Al-Qur’an sangat berbeda. Jika Al-Qur’an
benar-benar buatan atau karangan nabi Muhammad, lantas kenapa gaya bahasa
hadits dan ayat Al-Qur’an bisa berbeda? Seharusnya gaya bahasanya sama apabila
memang benar-benar dibuat oleh orang yang sama. Berarti, pendapat kedua gugur.
Al-Qur’an benar-benar diciptakan oleh pencipta alam
semesta beserta aturannya, yaitu Allah swt, maka sudah menjadi suatu kewajiban bagi
kaum muslim untuk menerapkan aturan dalam Al-Qur’an secara kaffah atau holistik (menyeluruh), tidak mengambil separuh-separuh
apalagi meragukan keautentikannya.
-
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar